KEPEMIMPINAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
1. Pengertian
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership, dalam terminologi dikemukakan oleh beberapa ahli kepemimpinan didefinisikan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan menyangkut bagaimana menstimulasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam suatu usaha bersama.
b. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang untuk bekerja secara sukarela demi mencapai tujuan bersama.
Sedangkan dalam istilah umum, leadership adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan anggota kelompok. Adakalanya kepemimpinan seseorang sangat menonjol atau berkembang pada periode tertentu, sedangkan pada periode lain telah mundur.
Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan berkesinambungan, efesiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para wirausahawan adalah individu-individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri.
2. Fungsi Kepemimpinan dan Pimpinan
Fungsi-fungsi kepemimpinan adalah :
a. Perencana, pemimpin hendaknya mampu menyusun rencana yang baik sehingga tindakannya terarah menuju kepada tujuan tersebut. Seorang pemimpin yang melaksanakan fungsi ini dengan baik akan memiliki garis kebijaksanaan yang memudahkan bekerja secara teratur.
b. Pemikir, seorang pemimpin harus tampil sebagai seorang pemikir dengan daya karyanya dapat menggambarkan suatu gagasan yang praktis, mudah diterima dan dilaksanakan oleh
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan fungsi utama seorang pemimpin adalah :
a. Fungsi pemecah masalah. Fungsi ini berhubungan dengan tugas seorang pemimpin dengan pekerjaannya yang mencakup memberikan jalan keluar dari suatu masalah, memberikan pendapat dan informasi.
b. Fungsi sosial, berhubungan dengan kehidupan kelompoknya yang mencakup dorongan kepada anggota atau kelompok untuk mencapai tujuan dan menjaga suasana kelompok.
3. Perilaku Kepemimpinan
Menurut Stoner, perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama, yaitu :
a. Orientasi Tugas
Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran. Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun stafnya
Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai dan memberitahukan orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
Berminat mencapai peningkatan produktivitas.
Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para karyawan lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin organisasi secara jelas.
b. Orientasi Orang-Orang
Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi. Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukkan pola-pola berikut ini :
Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan yang ada.
Menunjukkan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan hanya sebagai alat produksi.
Menunjukkan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebuthan, tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
Mendirikan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf.
Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
Pemimpin yang orientasi-orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan persaingan daripada kerja sama, serta tidak mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab. Efektivitas perilaku kepemimpinan menurut hasil studi Tannenbaum dan Schmidt yang dikutip Kadarman (1996), dipengaruhi oleh :
a. Pemimpin itu sendiri, meliputi kepribadian, pengalaman, masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.
b. Ciri atasan, gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi kepemimpinan manajer.
c. Ciri bawahan, respon yang diberikan oleh bawahan manajer akan menentukan efektifitas kepemimpinan manajer.
d. Persyaratan tugas, tuntutan tanggung jawab pekerjaan bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan manajer.
e. Iklim organisasi dan kebijakan, akan mempengaruhi harapan dan perilaku anggota kelompok serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.
f. Perilaku dan harapan rekan. Rekan kerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.
4. Pendekatan-Pendekatan Kepemimpinan
Pendekatan Sifat (Trait) Kepemimpinan
Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin yang baik adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang berhasil cenderung memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal
b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olahraga
c. Kematangan dan stabilitas emosional
d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang berkesinambungan.
e. Ketrampilan untuk berpartisipasi secara sosial dan beradaptasi dengan berbagai kelompok
f. Keinginan untuk menggapai status dan posisi sosial ekonomi
Pendekatan Situasi (Situasional) Kepemimpinan
Pendekatan situasi didasarkan pada asumsi bahwa semua contoh kepemimpinan yang berhasil agak berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin, pengikut, dan situasi kepemimpinan yang dirumuskan dengan SL=f(L,F,S). Dimana SL adalah kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi dari, dan L, S, dan F adalah pemimpin, pengikut dan situasi. Artinya pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya jika usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil.
Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.
5. Penentuan Prosedur Pembuatan Keputusan Sebagai Pemimpin
Tiga faktor utama yang mempengaruhi penentuan wirausahawan tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat keputusan adalah :
a. Kekuatan Dalam Diri Wirausahawan
Wirausahawan seharusnya mengetahui empat kekuatan dalam diri mereka yang akan mempengaruhi ketetapan hati tentang bagaimana membuat keputusan sebagai pemimpin, antara lain :
Nilai-nilai wirausahawan, seperti arti penting efisiensi organisasional bagi wirausahawan, pertumbuhan pribadi/bawahan, dan laba perusahaan.
Tingkat kepercayaan wirausahawan pada bawahan
Kekuatan pemimpin dari wirausahawan itu sendiri
Toleransi terhadap kemenduaan / ambiguity
b. Kekuatan Pada Bawahan
Wirausahawan hendaknya mengetahui kekuatan-kekuatan bawahan yang mempengaruhi pembuatan keputusan. Harus diingat, bahwa tiap bawahan ada yang sama ataupun berbeda. Suatu pendekatan untuk memutuskan bagaimana memimpin semua bawahan adalah tidak mungkin. Akan tetapi, wirausahawan mungkin bisa meningkatkan keberhasilannya sebagai seorang pemimpin dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada bawahan dalam pembuatan keputusan, seperti apa yang disarankan berikut ini :
Jika bawahan mempunyai kebutuhan saling ketergantungan yang relatif tinggi (orang-orang berbeda pada tujuan yang mereka inginkan)
Jika bawahan mempunyai kesiapan untuk menerima tanggung jawab dalam pembuatan keputusan (beberapa melihat tanggung jawab tambahan sebagai penghargaan untuk kemampuan mereka; yang lainnya melihat sebagai “pengalihan beban”)
Jika bawahan mempunyai toleransi yang relatif tinggi terhadap kemenduan (beberapa karyawan memilih untuk mendapatkan penghargaan yang langsung dan jelas; yang lainnya memilih bidang kebebasan yang lebih luas)
Jika bawahan tertarik pada masalah dan merasa masalah itu penting
Jika mereka mengerti dan mengidentifikasi dengan tujuan-tujuan dari organisasi
Jika mereka mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk berhubungan dengan masalah.
Jika mereka telah belajar untuk berbagi dalam pembuatan keputusan
Jika semua karakteristik bawahan tidak ada dalam situasi tertentu, seorang wirausahawan mungkin harus bergerak pada corak pendekatan yang lebih otokratis atau pendekatan yang dipusatkan pada atasan dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan Pada Situasi /Keadaan
Kekuatan situasi kepemimpinan dapat diuraikan sebagai berikut :
Faktor organisasional, seperti ukuran kelompok kerja dan distribusi geografisnya
Faktor efektifitas anggota-anggota kelompok bekerja bersama
Faktor masalah yang harus diselesaikan
Faktor waktu yang tersedia dalam membuat suatu keputusan
6. Situasi Kepemimpinan Pada Umumnya
Seorang pemimpin menunjukkan perilaku utama ketika mereka menyelesaikan tugas kewajiban mereka, yaitu :
a. Perilaku struktur, suatu aktivitas kepemimpinan yang menggambarkan hubungan antara pemimpin dan pengikut dari pemimpin tersebut atau menetapkan prosedur yang terdefinisi baik yang harus dipatuhi oleh pengikut dalam melakukan tugas-tugas mereka.
b. Perilaku keseimbangan, perilaku kepemimpinan yang mencerminkan persahabatan, saling percaya, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan diantara pemimpin dengan bawahan
7. Teori Daur Hidup Kepemimpinan
Teori daur hidup kepemimpinan adalah dasar pikiran yang mengaitkan corak kepemimpinan dengan berbagai situasi untuk menjamin kepemimpinan yang efektif. Teori daur hidup didasarkan pada hubungan anatara kedewasan pengikut, perilaku tugas dari pemimpin dan perilaku hubungan pemimpin. Kedewasaan didefinisikan sebagai kemampuan dari pengikut untuk menakukan pekerjaan mereka secara independen, untuk menerima tanggung jawab tambahan, dan keinginan untuk mencapai keberhasilan.
Teori daur hidup ini menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan efektif hendaknya bergerak dari :
Perilaku tugas yang tinggi ke perilaku hubungan yang rendah
Perilaku hubungan yang tinggi ke perilaku tugas yang tinggi
Perilaku hubungan yang tinggi ke perilaku tugas yang rendah
Perilaku tugas yang rendah ke perilaku hubungan yang rendah, ketika tingkat kedewasaan pengikut berubah dari tidak dewasa menuju dewasa.
Terdapat beberapa pengecualian pada filsafat umum dari teori daur hidup. Contoh, jika terdapat batas waktu akhir yang harus dipenuhi singkat, seorang pemimpin mungkin perlu mempercepat produksi melalui corak tugas yang tinggi-hubungan yang rendah dan bukannya corak tugas rendah-hubungan yang rendah bahkan walaupun pengikut dari pemimpin mungkin mempunyai tingkat kedewasaan yang tinggi, akan tetapi suatu corak tugas yang tinggi-hubungan yang rendah dalam jangka panjang akan menghasilkan hubungan kerja yang buruk diantara pemimpin dan pengikut.
Oleh karena itu, teori daur hidup didasarkan pula pada konsep bahwa pemimpin yang berhasil harus merubah corak kepemimpinannya ketika mereka menemui situasi yang berbeda atau lebih disebut fleksibilitas kepemimpinan. Wirausahawan dalam suatu organisasi dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika mereka ditempatkan pada situasi yang sesuai dengan corak kepemimpinan mereka. Hal ini diasumsikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai kemampuan untuk menilai karakteristik dari pemimpin organisasi dan variabel organisasional lainnya dan kemudian menyesuaikan diri mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Stones, James. 2005. Manajemen. Jakarta: PT Preballindo
www.e-learning.gunadarma.ac.id
No comments:
Post a Comment