Leverage Keuangan
Struktur keuangan adalah cara
bagaiman perusahaan membiayai aktivanya. Struktur modal atau kapitalisasi
perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,
saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham (
equity = E ) terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan
akumulasi laba ditahan. Nilai pasar saham biasa ( S ) adalah harga persaham
dikalikan jumlah saham yang masih belum lunas. Bila perusahaan memiliki saham
preferen ( P ), maka saham tersebut akan ditambahkan kepada modal pemegang
saham dan kedua saham itu ( yaitu saham bursa dan saham preferen ) akan disebut
kekayaan bersih ( net worth ) perusahaan.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 21 )
Konsep Leverage
Faktor leverage adalah rasio antara
nilai buku seluruh hutang ( debt = D ) terhadap total aktiva ( total assets =
TA ) dalam terminologo nilai buku atau hutang dari nilai pasar ( B ) terhadap
nilai total ( V ) dari suatu perusahaan dalam terminology nilai pasar.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 21 )
Leverage dan risiko keuangan
Pembayaran bunga dan pokok pinjaman
merupakan kewajiban perusahaan yang harus di bayar sebelum sisa keuntungan (
setelah pajak – pajak ) tersedia untuk para pemegang saham. Tidak ada bedanya
apakah resiko diukur sebagai tingkat leverage keuangan ( DFL ), deviasi standar
dari hasil pengembalian atas ekuitas ( resiko sistematis ). Saat leverage
keuangan meningkat, ceteris paribus, demikian juga dengan resiko.
1.Leverage keuangan dan resiko ekuitas
Perusahaan dapat mengubah struktur
keuangannya dengan menerbitkan pinjaman dan menggunakan hasilnya untuk membeli
kembali ekuitas. Manuver ini mengubah rasio pinjaman dan ekuitas tanpa mengubah
total aktiva atau pendapatan perusahaan sebelum bunga dan pajak ( EBIT ). Akan
tetapi, sesungguhnya maneuver itu memiliki dampak yang besar atas hasil
pengembalian ekuitas. Tingkat leverage keuangan ialah suatu ukuran titik
elastisitas yang diartikan sebagai rasio presentase perubahan dalam laba bersih
dibagi dengan persentase perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak.
Tingkat
leverage keuangan ( DFL ) = % perubahan dalam laba bersih
%
perubahan dalam EBIT
Laba bersih dapat
diartikan sebagai : NI = ( EBIT – rD ) ( 1 – T )
Dan bahwa karena
beban bunga, rD, bersifat konstan, perubahan dalam laba bersih ialah
△NI = △ EBIT ( 1 – T )
Karenanya, tingkat
leverage keuangan dapat ditulis sebagai :
DFL = (
△EBIT ( 1 – T ) / ( EBIT – rD ) ( 1 – T ) = EBIT
△ EBIT / EBIT EBIT - rD
2.Leverage keuangan dan hasil pengembalian atas
ekuitas
Prosedur untuk menaksir biaya
ekuitas dengan menggunakan CAPM :
Ks = Rf +
( E ( Rm ) – Rf )βs
Ceteris paribus,
saat leverage keuangan perusahaan meningkat, maka biaya ekuitas juga ikut
meningkat. Keputusan investasi perusahaan, menghasilkan pengembalian atas
aktiva, menjadi tetap terhadap struktur keuangan.
Bobot nilai pasar
untuk pinjaman dan ekuitas adalah,
WB = B
B
+ S
Dan
Ws =
S
B
+ S
3.Leverage keuangan dan operasi
Leverage operasi ialah cara untuk
mengukur resiko usaha dari suatu perusahaan. Leverage operasi menyebabkan
perubahan dalam volume penjualan untuk memiliki pengaruh yang meningkat atas
EBIT. Jika perusahaan menggunakan jumlah yang dapat dipertimbangkan untuk baik
leverage operasi dan leverage keuangan, bahkan perubahan yang kecil dalam
tingkat penjualan akan menghasilkan fluktuasi yang lebar dalam NI, ROE, dan
EPS.
Hal tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
DCL = (
P – v ) Q X EBIT
= ( P – v ) Q
EBIT EBIT – rD EBIT -
rD
Dengan, P = harga per unit barang yang dijual
V = biaya variable per
unit
Q = jumlah unit yang
dijual
Perusahaan dengan
tingkat leverage operasi yang rendah
mungkin mencari tingkat leverage keuangan yang tinggi, tetapi tingkat leverage
gabungan akan masih lebih rendah dari perusahaan lainnya yang mulai dengan DOL
yang tinggi.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 30 )
Investasi dan Leverage
Pengaruh fluktuasi suku bunga
Aspek leverage yang lain adalah
dampak suku bunga yang tetap sementara suku bunga umum berfluktuasi. Dengan
hutang yang bersuku bunga tetap, naik turunnya suku bunga juga mempunyai
pengaruh atas nilai aktiva perusahaan.
Bila nilai aktiva perusahaan menurun
karena suku bunga yang lebih tinggi, maka terjadi semacam “ kekebalan “. Nilai
aktiva perusahaan menurun, tetapi nilai pasar dari hutangnya juga menurun. Jadi
perubahan – perubahan ini saling meniadakan.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 33 )
Faktor – factor yang mempengaruhi struktur keuangan
1.Tingkat pertumbuhan penjualan
Tingkat pertumbuhan
penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba persaham dari
suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Perusahaan harus
mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk
meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi.
2. Stabilitas arus kas
Bila stabilitas
penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada suatu
perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. Bila laba kecil,
perusahaan akan menemui kesulitan untuk membayar bunga tetap dari obligasinya.
3.Karakteristik industry
Industri yang sedang
berkembang menjanjikan marjin laba yang tinggi, tetapi marjin laba tersebut
cenderung menurun apabila industry itu merupakan industry dimana jumlah
perusahaan dapat meningkat dengan cepat karena masuknya perusahaan baru
4.Struktur aktiva
Struktur aktiva
mempengaruhi sumber – sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Perusahaan yang
mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk
mereka cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang.
Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang
yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing
– masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jangka
panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
5.Sikap Manajemen
Sikap manajemen
paling berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap
pengendalian perusahaan dan resiko. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki
oleh banyak orang akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena
penjualan ini akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan
6.Sikap pemberi pinjaman
Perusahaan akan
membicarakan struktur keuangannya dengan pemberi pinjaman dan hal ini banyak
mempengaruhi nasihat mereka. Tetapi, jika manajemen ingin menggunakan leverage
melampaui batas normal untuk bidang industrinya, pemberi pinjaman mungkin tidak
bersedia untuk memberikan tambahan pinjaman.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 37 )
Struktur Modal dan Biaya Modal
1.Pajak, Struktur Modal dan Biaya modal
Dalam kasus bebas
pajak, nilai perusahaannya adalah arus kas perpetualnya, NOI atau X dibagi dengan
biaya modal, k = V = NOI = X
K
k
2.Pajak perseroan saja
Laba bersih yang
tersedia untuk dibagikan kepada yang berhak, adalah laba sesudah dikurangi
pajak penghasilan, persamaannya adalah =
Vu = X ( 1 – T )
ku
Nilai sekarang yang
disesuaikan adalah nilai dari sebuah perusahaan dengan semua ekuitas dapat
disesuaikan keatas dengan nilai sekarang dari pelindung pajak .
Definisi Modigliani
– Miller tentang rata – rata tertimbang biaya modal tidak hanya menyatakan
kepada kita bagaimana WACC berubah dengan meningkatnya leverage, tetapi juga
menyimpulkan aspek – aspek lain dari pembiayaan atau keuangan, yaitu :
1. Jika perusahaan mengerjakan proyek – proyek sehingga
memperoleh penghasilan yang lebih besar dari WACCnya, hal itu akan meningkatkan
kekayaan para pemegang saham
2. Seluruh peningkatan nilai perusahaan ditambahkan
kepada para pemegang saham yang mula – mula. Pemberi pinjaman atau pemegang
obligasi ( stakeholder ) hanya mendapatkan klaim awal mereka
3. Jika arus kas investasi baru didiskontokan pada
tingkat WACC arus ini didefinisikan
sebagai arus kas operasi setelah pajak yang akan diterima perusahaan
jika perusahaan tersebut tidak mempunyai hutang
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 45 )
Pengaruh biaya kepailitan
Biaya kepailitan mempunyai beberapa
bentuk. Yang nyata terlihat adalah biaya yang berkenaan dengan hokum, akuntansi
dan biaya administrative lainnya yang dihubungkan dengan penyesuaian keuangan
dan tindakan hukum. Sejumlah biaya akan timbul sebagai akibat makin nyatanya
ketidakberesan keuangan atau gagalnya perusahaan. Biaya – biaya ini, menurut
urutan keggawatan adalah :
1. Pembiayaan di bawah ketentuan syarat dan suku bunga
yang semakin memberatkan
2. Hilangnya para karyawan kunci. Jika prospek perusahaan
suram, karyawan dan eksekutif yang mampu akan mencari pekerjaan lain.
3. Hilangnya pemasok barang dagangan yang paling laku. Para pemasok tersebut dapat saja kuatir tidak dibayar
atau bahwa pelanggan mereka tidak akan mencapai pertumbuhan penjualan masa yang
akan datang
4. Hilangnya penjualan karena hilangnya kepercayaan
konsumen bahwa perusahaan akan terus mendukung produknya
5. Kurangnya kesempatan pembiayaan dengan berbagai
ketentuan dan suku bunga untuk membiayai investasi yang memberikan harapan tapi
mengandung resiko.
6. Kebutuhan untuk mencairkan aktiva tetap dalam rangka
memenuhi kebutuhan modal kerja
7. Biaya hokum dan administrative sebagai akibat tindakan
resmi yang menyangkut kepailitan.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 54 )
Pengaruh biaya keagenan
Pemisahan kepemilikan dan
pengendalian seringkali dianjurkan dalam dunia di mana keahlian spesialisasi
menghasilkan produksi yang lebih efisien. Meskipun bermanfaat untuk memisahkan
kepemilikan dari pengendalian operasi dan mempunyai dua golongan modal ( hutang
dan ekuitas ), terdapat biaya keagenan yang harus dipertimbangkan.
Biaya keagenan naik baik karena
proporsi penggunaan ekuitas eksternal yang semakin besar maupun karena proporsi
hutang yang makin besar pula. Ada
kombinasi optimum penggunaan ekuitas eksternal dan hutang yang dapat
meminimumkan seluruh biaya keagenan. Hal ini dapat terjadi pada struktur modal
yang optimum atau diinginkan, bahkan dalam dunia pajak atau kepailitan.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 58 )
Asimetri Informasi dan pendanaan
Keputusan manajer tentan struktur modal adalah tidak
relevan pada beberapa kasus, struktur modal optimum rumah tangga, perusahaan –
perusahaan yang unik timbul jika :
1. Sifat kebijakan investasi perusahaan – perusahaan
diisyaratkan kepada pasar melalui keputusan struktur modalnya
2. Kompensasi manager dikaitkan pada kebenaran atau
kesalahan isyarat struktur modal.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 59 )
Menghitung Biaya Modal Perusahaan
1.Rata – rata tertimbang biaya modal untuk United
Corporation
Kalkulasi biaya
modal berasal dari tiga cara pembiayaan, yaitu biaya hutang, saham preferen dan
saham biasa.
Kb = biaya
kesempatan ( opportunity cost ) hutang sebelum pajak
Kps = biaya
kesempatan saham preferen sebelum dan sesudah pajak
Ks = hasil pengembalian
yang dibutuhkan pasar atas modal ekuitas sebelum dan sesudah pajak
Kr = biaya modal
ekuitas yang berasar dari dalam perusahaan sebelum dan sesudah pajak
WCC = rata – rata
keseimbangan modal, merupakan biaya modal tertimbang marjinal ( weighted average
cost of capital )
Tujuan akhirnya adalah memperoleh
biaya modal marjinal perusahaan yang digunakan dalam mengambil keputusan
penganggaran modal, dan untuk aplikasi dalam analisis penilaian. Biaya modal
marjinal perusahaan adalah rata – rata tertimbang biaya kesempatan dari
berbagai sumber pembiayaan. Dalam menghitung WACC, semua dihitung berdasarkan
basis sesudah pajak. Hal ini konsisten dengan arus kas sesudah pajak yang
digunakan dalam analisis penganggaran modal. Dalam menggunakan biaya modal marjinal
untuk maksud pengambilan keputusan kita asumsikan bahwa tingkat resiko dari
setiap proyek sama dengan tingkat resiko portofolio aktiva perusahaan. Hal ini
diperlukan dalam rangka penggunaan WACC untuk penganggaran modal dan untuk
analisis penilaian.
2.Biaya Hutang
Biaya hutang menunjukkan biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang
berasal dari pinjaman. (Suad Husnan,
1996:359 ).Biaya hutang dihitung atas
dasar setelah pajak, karena pembayaran bunga dikurangkan dari pajak. Karena
itu, biaya modal yang berasal dari hutang dihitung sebagai berikut :
Kb (
1 – T ) = biaya hutang sesudah pajak
Kita dapat melihat
pedoman investasi perusahaan untuk mengetahui tingkat biaya obligasinya yang
masih beredar. Berbagai instansi pemerintah dan perbankan menerbitkan secara
berkala suku bunga hutangnya yang dikelompokkan dalam berbagai kategori
penilaian dan jatuh temponya. Yang relevan untuk pengambilan keputusan sekarang
ini, seperti yang telah kita hitung, adalah biaya hutang saat ini.
Faktor pajak perlu diperhatikan
dalam menaksir biaya hutang. Karena umumnya pembayaran bunga bersifat tax deductable, dan penaksiran arus kas
untuk penilaian profitabilitas investasi didasarkan atas dasar setelah pajak,
maka biaya hutang perlu disesuaikan
dengan pajak. (Suad Husnan, 1996:359 )
3.Biaya saham preferen
Saham preferen adalah gabungan
hutang dan saham biasa. Seperti halnya dengan hutang, saham preferen membebani
kewajiban tetap kepada perusahaan untuk melakukan pembayaran secara periodic;
dalam likuidasi, klaim para pemegang saham preferen didahulukan dari pemegang
saham biasa. Bagi perusahaan, saham preferen dianggap tidak terlalu mengandung
resiko dibandingkan dengan saham biasa walaupun masih lebih mengandung resiko
dibandingkan dengan obligasi. Dari sudut pandang perusahaan yang menerbitkan,
saham preferen memiliki kekurangan yaitu bahwa deviden atas saham ini tidak
dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
Saham preferen menjadi sebuah bentuk
invastsi yang menarik bagi jenis perusahaan seperti bank komersial, perusahaan
asuransi. Daya tarik dari sudut permintaan ini menyebabkan hasil atas saham
preferen berada sedikit dibawak tingkat hasil atas obligasi dari perusahaan
yang sama. Walaupun saham preferen dapat ditarik kembali atau terbatas jangka waktunya, kebanyakan
saham preferen ini bersifat kekal, maka hasilnya dapat dihitung sebagai berukut
: saham preferen yang dihasilkan = Deviden saham preferen = dps
Harga
saham preferen Pps
4.Biaya saham biasa
Empat metode utama yang dapat
digunakan adalah :
1.
Model menentuan harga aktiva modal ( Capital Asset
Iricing Model = CAPM )
Pendekatan CAPM menegaskan bahwa tingkat hasil
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor sama dengan
tingkat bebas resiko ditambah dengan premi resiko. Premi resiko ini adalah
premi resiko pasar ( yang besarnya adalah hasil pengembalian pasar dikurangi
tingkat bebas resiko ) dikalikan dengan beta yang dapat diterapkan pada
perusahaan yang bersangkutan. Persamaan Security Market Line adalah : ks =
Rf + ( RM – Rf )βj
2. Hasil
obligasi ditambah premi resiko atas modal
Perhitungan hasil pengembalian atas modal dibutuhkan
dengan menggunakan metode CAPM menghasilkan premi atas suku bunga bebas resiko
yang dihitung dengan menggunakan surat – surat berharga yang
dikeluarkan pemerintah. Metode yang kedua ini juga melibatkan premi resiko.
Akan tetapi, dalam hal ini premi yang dihitung merupakan premi atas biaya
hutang jangka panjang perusahaan.
3. Hasil nyata
yang diterima investor
Hasil nyata yang diterima investor adalah deviden rata
– rata ditambah keuntungan modal rata – rata selama 10 tahun. Model pertumbuhan
deviden dapat dinyatakan sebagai berikut :
Po
= d1 = d0 ( 1 + g ) = EPS0 ( 1 + g ) ( 1 – b )
Ks-g ks – g ks - br
Keadaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi secara keseluruhan dan juga oleh keadaan perusahaan
sejenis. Tapi berbagai badan pemberi jasa keuangan memberikan data estimasi
pertumbuhan laba dan deviden untuk masing – masing perusahaan. Analisis
independen dapat dibuat oleh analisis untuk menghitung biaya modal perusahaan.
Masalah yang berkaitan
1.Biaya dana yang dihasilkan – penyusutan
Pertambahan pertama dari arus kas
yang digunakan untuk membiayai anggaran modal setiap tahun adalah dana yang
dihasilkan dari penyusutan. Dalam laporan perubahan posisi keuangannya,
perseroan biasanya memperlihatkan beban penyusutan beban bukan kas yang sangat substansial. Untuk
tujuan penganggaran modal, diharuskan penyusutan dianggap sebagai modal bebas.
Suatu beban harus ditetapkan untuk dana ini, dan bahwa biaya ini adalah rata –
rata tertimbang dari biaya modal sebelum ekuitas luar digunakan.
Dasar pemikirannya disini adalah
bahwa perusahaan dapat, jika benar – benar diinginkan, membagikan dana yang
dihasilkan dari penyusutan kepada kreditur dan pemegang sahamnya dan pihak –
pihak yang membiayai aktiva itu pertama kali.
2.Biaya ekuitas eksternal vs laba ditahan
Laba ditahan adalah modal yang
ditanam di perusahaan, sama halnya seperti dana yang diperoleh dari luar
perusahaan. Jadi laba ditahan jelas mengandung biaya. Pendekatan tradisional
selama ini menggunakan model penilaian pertumbuhan dividen untuk menggambarkan
selisih antara pembiayaan modal internal dan eksternal. Jika kita tentukan kr,
sama dengan biaya laba ditahan; dan kita anggap perusahaan seluruhnya dibiayai
oleh modal sendiri, yaitu untuk meniadakan factor leverage, kita dapat
menyatakan determinan biaya tersebut baik atas dasar persaham ( yaitu deviden
per saham, di di bagi dengan harga per saham, P0) maupun
atas dasar perusahaan secara keseluruhan.
Kr =
d1 + g
= D1 + g
P0
V0
Untuk menghitung
biaya pembiayaan ekuitas eksternal, adalah :
Ks =
d1 + g
= D1 +
g
P0
( 1-f) V0(1-f)
3.Biaya modal untuk sekuritas hybrid
Kapitalis ventura ( conversion ) merupakan manfaat bagi
pemegang sekuritas dan karenanya mengurangi tingkat kupon atau deviden
preferen. Dan keistimewaan penebusan merupakan biaya karena obligasi berkupon
tinggi dapat ditebus jika tingkat bunga turun. Obligasi konvertibel sama dengan
portofolio dari dua sekuritas : hutang langsung dengan tingkat kupon dan jatuh
tempo yang sama seperti obligasi konvertibel, dan jaminan yang dituliskan pada
nilai perusahaan itu.
4.Biaya modal untuk proyek atau devisi
Dalam menghitung biaya modal dari
sebuah proyek atau divisi terdapat beberapa kesulitan, antara lain :
1.
Data dinyatakan
dalam satuan moneter dan bukan berbentuk tingkat hasil pengembalian.
2.
Proyek dan divisi
yang berbeda mempunyai resiko yang berbeda dengan resiko perusahaan secara
keseluruhan.
Hal diatas dapat
dibuat persamaan :
E ( Rj ) =
Rf + λCOV ( Rj, Rm)
Tanpa perkiraan untuk masing –
masing proyek atau divisi ini, aktivitas yang penuh resikpo mungkin akan
mendapat alokasi pembiayaan yang terlalu besar, sedangkan aktivitas yang kecil
resikonya tidak mendapatkan dana yang dibutuhkan. Jika sebuah perkiraan modal
tertimbang marjinal tunggal ditetapkan pada aktivitas yang seluruhnya
mengandung resiko, beberapa proyek yang seharusnya tidak dibiayai akan
dikerjakan. Sedangkan untuk aktivitas yang kurang resikonya, proyek yang
seharusnya diterima justru ditolak.
( J.Fred Weston &Thomas E Copeland, 1997 : 85 )
No comments:
Post a Comment