MARHABAN YA SYAHRU RAMADHAN MARHABAN SYAHRU SYIAM

GROSIR LANCAR BERKAH (PRODUSEN CAMILAN KHAS INDONESIA) INSTAGRAM

Sambal Goreng Best Seller

Monday, April 27, 2015

Saham

Saham 

A. Definisi dari Saham 

Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.

B. 2 Jenis Saham adalah:

a. Saham Biasa, merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal. Jenis ini memiliki karakteristik seperti:
- Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi.
- Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham.
- Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
- Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat.

b. Saham Preferen, memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap.
- Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi.
- Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.

C. Manfaat investasi pada saham adalah:

a. Dividen
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Jenis Dividen:
Dividen Tunai, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki. 
Dividen Saham, jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham.

b. Capital Gain
Investor dapat menikmati capital gain, jika harga jual melebihi harga beli saham tersebut. 
Contoh: Investor A membeli saham PT. X, yang listing di Bursa Efek, setahun yang lalu dengan harga Rp 3.500. Saat ini harga saham PT. X telah meningkat menjadi Rp 3.750. Jika investor A menjual sahamnya pada harga tersebut, maka ia akan menikmati Capital Gain atau keuntungan sebesar Rp 250 per saham (tanpa perhitungan pajak dan komisi).

Struktur Pasar Modal

Struktur Pasar Modal

a. Struktur Pasar Modal Indonesia


Organisasi terkait di Pasar Modal adalah sebagai berikut:
a) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan Pasar Modal di Indonesia. Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

b) Perusahaan memperoleh dana di Pasar Modal dengan melaksanakan penawaran umum atau investasi langsung (private placement). Perusahaan ini dikenal sebagai emiten.

c) Self Regulatory Organizations (SRO), adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO terdiri dari:

Bursa Efek, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Di Indonesia saat ini terdapat 2 Bursa Efek yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM, yaitu:
- Bursa Efek Jakarta (BEJ)
- Bursa Efek Surabaya (BES)

Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT. KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia).

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh BAPEPAM adalah PT. KSEI (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia).

d) Perusahaan Efek adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas sebagai Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek, Manajer Investasi, atau gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.

Penjamin Emisi Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

Perantara Pedagang Efek, adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.

Manajer Investasi, adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

e) Penasihat Investasi, adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek.

f) Lembaga Penunjang Pasar Modal

Biro Administrasi Efek, adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan
pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.

Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan  transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Wali Amanat, adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.

g) Profesi Penunjang Pasar Modal

Akuntan Publik
Notaris
Konsultan Hukum
Perusahaan Penilai

b. Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Perkembangan Pasar Modal di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) 1912 : Pembentukan Bursa Efek Batavia
2) 1950  Penerbitan Obligasi Pemerintah Indonesia
3) 1976 : Pembentukan BAPEPAM
4) 1987 – 1988 : Penerbitan Paket-Paket Deregulasi
5) 1995 : Penerbitan UU no. 8 tentang Pasar Modal

c. Undang-undang yang berkaitan dengan Pasar Modal

Saat ini undang-undang yang terkait dengan Pasar Modal di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
2) Peraturan Pemerintah No. 45 dan 46 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan di Pasar Modal dan Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
3) Keputusan Menteri Keuangan.
4) Keputusan Ketua BAPEPAM
5) Peraturan Bursa Efek.

Peran dan Manfaat Pasar Modal

Peran dan Manfaat Pasar Modal

a. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.

Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan.

b. Pasar Modal sebagai alternatif investasi

Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.

c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik.

Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan.

d. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara professional dan transparan.

Keikut sertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi “good corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor.
Sehubungan dengan pelaksanaan “Good Corporate Governance”, Bapepam menganjurkan setiap perusahaan publik untuk memiliki suatu Komite Audit.

e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional

Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.

PENGERTIAN PASAR MODAL

Pasar Modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di Bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya.


Thursday, April 23, 2015

PENENTUAN LOKASI

PENENTUAN LOKASI

A. Pendahuluan

Penentuan lokasi fasilitas perusahaan baik pabrik, kantor maupun toko sangat berpengaruh terhadap efektivitas rantai nilai, karena berkaitan erat dengan keterjangkauan terhadap pemasok eksternal dan konsumen akhir. Perusahaan cenderung memilih lokasi yang dekat dengan pemasok bahan berkualitas tinggi atau tenaga kerja berbiaya rendah dimana kadangkala berada jauh dari jangkauan konsumen atau pasar. Hal ini dapat menimbulkan masalah, ketika di satu sisi jarak yang jauh cenderung meningkatkan biaya transportasi sementara di sisi lain kegiatan operasional perusahaan sangat membutuhkan keterlibatan konsumen. Biasanya perusahaan yang menggunakan pendekatan just in time dalam sistem operasinya cenderung menempatkan fasilitas pabrik dekat dengan pemasok, sementara perusahaan jasa menempatkan fasilitasnya pada lokasi yang dekat dengan pelanggan. 

Masalah lokasi tidak terlalu berpengaruh ketika perusahaan memiliki akses pada penggunaan dan pengelolaan teknologi informasi yang dapat memfasilitasi hubungan jarak jauh baik dengan pemasok maupun  pelanggan. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan harus mampu mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan penentuan lokasi, agar operasional perusahaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif tersendiri yang sulit disaingi pesaing. Penentuan lokasi fasilitas perusahaan terkait langsung dengan aspek strategis, sehingga melibatkan berbagai fungsi organisasi sebagai berikut:
1. Akuntansi, mempersiapkan anggaran dana yang dibutuhkan untuk membangun fasilitas perusahaan di lokasi yang baru;
2. Keuangan, menganalisis aspek keuangan dan mencari dana untuk membangun fasilitas perusahaan di lokasi yang baru;
3. Sumber daya manusia, mempekerjakan dan melatih karyawan yang dibutuhkan untuk ditempatkan di lokasi yang baru;
4. Sistem informasi manajemen, menyediakan sistem teknologi informasi yang dibutuhkan untuk memfasilitasi komunikasi diantara berbagai fasilitas perusahaan yang ada;
5. Pemasaran, mengatur lokasi fasilitas perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan pasar yang baru;
6. Operasional, memilih dan menempatkan fasilitas perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan dan kontak dengan pelanggan secara efektif 

B. Globalisasi dan Perbedaan Geografis

Pada awalnya banyak perusahaan cenderung menempatkan fasilitas produksinya pada daerah-daerah pusat industri. Namun saat ini kecenderungan tersebut telah banyak berkurang, dan perusahaan cenderung menempatkan fasilitas-fasilitas yang dimiliki menyebar di berbagai daerah. Bahkan globalisasi menjadi isu yang menarik, dimana perusahaan menyebarkan fasilitas produksi dan operasinya pada berbagai negara dunia dengan harapan dapat memperoleh keunggulan tertentu, baik dalam hal biaya, waktu, maupun kualitas. Namun globalisasi juga memiliki kelemahan, misalnya biaya tenaga kerja yang rendah tidak disertai dengan  ketersediaan teknologi dan kecakapan tenaga kerja yang memadai. Terdapat beberapa alasan banyak perusahaan memutuskan untuk melakukan globalisasi dalam aktivitas operasionalnya, antara lain:
1. Peningkatan teknologi informasi dan transportasi, memudahkan perusahaan untuk mengkoordinasikan fasilitas-fasilitas yang dimiliki di berbagai negara sehingga penyebaran fasilitas di berbagai negara dapat menciptakan efisiensi namun tidak menghilangkan efektivitas operasi, misalnya dengan menempatkan kantor perwakilan di dekat lokasi pasar.
2. Keterbukaan peraturan dan lembaga keuangan, memudahkan perusahaan menempatkan, mendanai atau berinvestasi pada fasilitas yang dibangun di berbagai negara.
3. Peningkatan permintaan jasa dan barang impor, didukung oleh berkurangnya batasan-batasan perdagangan internasional merupakan peluang yang baik bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menempatkan fasilitas perusahaan dekat dengan pasar sasaran.
4. Pengurangan kuota impor dan batasan-batasan perdagangan internasional, menyebabkan setiap negara bebas untuk masuk dan memasarkan produknya di negara lain tanpa adanya batasan-batasan tertentu, dan hal ini berarti peluang peningkatan volume penjualan yang besar. Perusahaan kemudian menyikapi hal tersebut dengan menempatkan fasilitas di lokasi yang memiliki keterjangkauan pasar yang tinggi. 

Mengelola operasi perusahaan dalam lingkungan global tidak mudah, mengingat kondisi lingkungan yang kompleks. Dengan adanya perbedaan standar waktu dan kualitas, perusahaan perlu memiliki sudut pandang global yang mencakup pertimbangan terhadap peluang pasar dan pesaing-pesaing global. Disamping itu, perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Perbedaan bahasa. Para manajer perusahaan sebaiknya tidak hanya menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, namun juga bahasa lokal untuk dapat berkoordinasi secara lebih baik dengan pihak pemasok maupun konsumen setempat.
2. Perbedaan norma dan budaya. Disamping bahasa, norma dan budaya setempat perlu dipahami mengingat hal tersebut mencakup tujuan, sikap karyawan dalam bekerja, harapan-harapan pelanggan, kesediaan mengambil resiko, dan nilai-nilai bisnis yang lain. 
3. Manajemen tenaga kerja. Karyawan di negara yang berbeda memiliki perbedaan dalam hal gaya manajemen yang disenangi. Hal ini perlu diperhatikan karena menyangkut masalah hubungan antara atasan  dan bawahan, kebijakan promosi, kompensasi, dan lain sebagainya.
4. Peraturan dan hukum yang tidak dikenal sebelumnya. Pada negara yang berbeda terdapat perbedaan-perbedaan peraturan dan hukum misalnya suatu hal terlarang di satu negara namun tidak di negara yang lain. Hal ini mencakup peraturan dan hukum tentang perburuhan, pajak, dan kebijakan-kebijakan lain.
5. Bauran biaya yang tidak diharapkan. Kebijakan perusahaan menempatkan fasilitasnya di beberapa negara yang berbeda menyebabkan adanya kecenderungan perbedaan biaya di masing-masing negara. Dari sudut pandang perusahaan, hal tersebut berpotensi menimbulkan bauran biaya yang tidak diharapkan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menciptakan sistem pengendalian fasilitas yang sesuai, dengan mengalokasikan otoritas tertentu, dengan kata lain menentukan derajat sentralisasi atau desentralisasi wewenang pada masing-masing fasilitas.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi

Penentuan lokasi merupakan proses menentukan daerah geografis yang sesuai untuk menempatkan fasilitas operasional perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga pihak manajer perusahaan perlu mempertimbangkan dengan seksama segala faktor tersebut dalam menentukan lokasi yang sesuai, antara lain kedekatan dengan pemasok dan pelanggan, biaya tenaga kerja, dan biaya transportasi. Untuk mempermudah analisis, manajer perlu melihat faktor-faktor tersebut dalam suatu sudut pandang tertentu untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut memang penting dipertimbangkan atau tidak. Kriteria tersebut meliputi:
1. Faktor-faktor harus berdampak pada sensitivitas keputusan lokasi. Misalnya jika sikap masyarakat di berbagai wilayah secara umum baik, maka sikap masyarakat tidak perlu dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penentu lokasi.
2. Faktor harus memiliki dampak yang besar terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan. Misalnya meskipun lokasi memiliki jarak yang jauh dengan pemasok, namun perusahaan memiliki sumberdaya teknologi informasi dan koordinasi yang baik dengan pemasok, maka jarak yang jauh bukan merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi.

Berdasarkan kedua kriteria tersebut, para manajer dapat menggolongkan suatu faktor sebagai faktor dominan dan faktor sekunder. Faktor dominan merupakan faktor yang merupakan turunan dari prioritas-prioritas persaingan perusahaan, misalnya biaya, kualitas, waktu, dan fleksibilitas serta memiliki dampak yang kuat pada penjualan dan biaya. Sedangkan faktor sekunder cukup penting dipertimbangkan, namun manajer dapat mengabaikannya ketika ada faktor lain yang dirasa lebih penting. Sehubungan dengan faktor-faktor dominan, berikut adalah beberapa faktor dominan baik bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan yang bergerak di bidang jasa, sebagai berikut:

1. Faktor dominan pada perusahaan manufaktur.

Setidaknya terdapat enam faktor dominan, yaitu:

a. Iklim ketenaga kerjaan yang baik. Hal ini mencakup kondisi tingkat upah, kebutuhan pelatihan, sikap terhadap pekerjaan, produktivitas tenaga kerja, dan kekuatan serikat kerja. Biasanya perusahaan sangat mempertimbangkan faktor kekuatan atau posisi tawar serikat kerja di suatu wilayah.
b. Kedekatan dengan pasar. Hal ini dipertimbangkan oleh perusahaan yang memproduksi barang dengan ukuran yang besar dan biaya transportasi yang relatif tinggi.
c. Kualitas kehidupan. Faktor ini mencakup kualitas pendidikan dan sekolah yan baik, ketesediaan fasilitas rekreasi, lingkungan budaya, dan gaya hidup masyarakat yang menarik. Biasanya perusahaan melakukan relokasi karena adanya biaya hidup yang tinggi, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan penurunan kualitas kehidupan di suatu wilayah.
d. Kedekatan dengan pemasok dan sumber daya. Hal ini dipertimbangkan oleh perusahaan yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar, bentuk yang besar dan berat, atau tidak tahan lama. Keutamaan lokasi yang dekat dengan pemasok dan sumber daya atau bahan baku adalah biaya perawatan persediaan yang relatif lebih rendah.
e. Kedekatan dengan fasilitas perusahaan induk. Hal ini dilakukan ketika perusahaan membutuhkan pasokan staf dan manajemen yang berkompeten dari perusahaan induk serta kebutuhan koordinasi dan komunikasi yang tinggi.
f. Biaya utilitas, pajak, dan perumahan. Biaya utilitas mencakup biaya telepon, listrik dan energi, serta air. Disamping itu, pajak dan insentif, biaya relokasi, dan harga sewa dan beli tanah juga perlu dipertimbangkan.
g. Faktor-faktor lain.  Disamping keenam faktor dominan yang umum, perusahaan juga perlu mempertimbangkan beberapa faktor lain, misalnya ketersediaan ruang untuk melakukan ekspansi, biaya konstruksi, keterjangkauan sarana transportasi, biaya pemindahan fasilitas dan tenaga kerja, asuransi, persaingan dalam hal kebutuhan tenaga kerja, peraturan lokal, sikap masyarakat, dan faktor-faktor lain. Bagi perusahaan global, tingkat pendidikan dan kecakapan karyawan menjadi pertimbangan yang penting.

2. Faktor-faktor dominan bagi perusahaan jasa.

Kepuasan pelanggn perusahaan jasa sangat dipengaruhi oleh keterlibatan pelanggan dalam proses operasional perusahaan.  Oleh karena itu perusahaan perlu lebih hati-hati dalam menentukan lokasi. Setidaknya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan perusahaan, antara lain:

a. Kedekatan dengan pelanggan. Lokasi yang dekat dengan jangkauan pelanggan akan meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pelanggan.
b. Biaya transportasi dan kedekatan dengan pasar. Lokasi yang dekat dengan pasar akan menurunkan biaya transportasi yang harus dikeluarkan dan mempercepat waktu penyampaian pada pelanggan.
c. Lokasi pesaing. Perusahaan perlu mempertimbangkan tidak hanya lokasi perusahaan pesaing yang sudah ada saat ini, namun juga kemungkinan reaksi perusahaan pesaing terhadap lokasi perusahaan yang baru.
d. Faktor-faktor spesifik lokasi. Hal ini mencakup tingkat aktivitas eceran, kepadatan penduduk dan tempat tinggal, arus dan kepadatan lalu lintas, dan kemudahan akses ke lokasi.

D. Menempatkan Sebuah Fasilitas Tunggal

Setelah memeriksa trend dan faktor penting dalam perihal lokasi, kita sekarang perlu memperhatikan bagaimana sebuah perusahaan dapat membuat keputusan lokasi. Dalam bagian ini, kita akan membahas cara menempatkan satu fasilitas baru. Ketika fasilitas tersebut menjadi bagian dari jaringan fasilitas perusahaan yang lebih besar, maka diasumsikan bahwa ini tidak memiliki interdependensi. Mari kita perhatikan bagaimana memutuskan apakah sebuah lokasi benar-benar dibutuhkan, dan kemudian mempelajari sebuah proses seleksi sistematis yang dibantu oleh metode jarak-muatan untuk menentukan kedekatan. 

1. Memilih perluasan tempat yang sudah ada, lokasi baru, atau relokasi

Manajemen pertama kali harus memutuskan apakah perlu melakukan ekspansi pada tempat yang sudah ada, membangun fasilitas lain, atau merelokasi ke tempat lainnya. Survey dalam perusahaan Fortune 500 memperlihatkan bahwa 45 persen ekspansi adalah di tempat, 43 persennya adalah gedung baru pada lokasi baru, dan hanya 12 persen adalah relokasi semua fasilitas. Ekspansi di tempat memiliki keuntungan karena bisa menghasilkan kebersamaan manajemen, mengurangi waktu dan biaya konstruksi, dan menghindari perpisahan operasi. Meski begitu, sebuah perusahaan bisa mengekspansi sebuah fasilitasnya secara berlebihan, yang tidak menghasilkan ekonomi skala. Penanganan material yang buruk, peningkatan kontrol produksi kompleks, dan kurangnya ruang adalah alasan dari pembuatan sebuah gedung baru atau merelokasi gedung yang ada. 

Keuntungan pendirian sebuah gedung baru atau berpindah ke sebuah ruang retail atau kantor baru adalah bahwa perusahaan tidak hanya menjalankan produksinya dari sebuah gedung saja, tapi perusahaan bisa menggunakan tenaga kerja baru dan yang lebih produktif, sehingga perusahaan dapat memodernisasi teknologi baru dan mengurangi biaya transportasi. Sebagian besar perusahaan yang memilih relokasi adalah yang berskala kecil (kurang dari 10 pegawai). Perusahaan semacam ini cenderung menjadi perusahaan lokasi-tunggal yang menahan keinginan ruangnya dan selalu meredesain proses dan layout produksinya. Lebih dari 80 persen semua relokasi adalah di dalam jarak 20 mil dari lokasi pertama, yang memudahkan perusahaan untuk mengendalikan tenaga kerjanya sekarang.

2. Membandingkan beberapa tempat

Sebuah proses seleksi sistematik dimulai setelah ada sebuah persepsi atau bukti bahwa membuka sebuah outlet eceran, gudang, kantor, atau pabrik dalam sebuah lokasi baru akan meningkatkan laba. Sebuah tim bisa diserahi tanggungjawab untuk keputusan seleksi dalam sebuah korporasi besar, atau seorang individu bisa membuat keputusan semacam ini dalam sebuah perusahaan kecil. Proses memilih sebuah lokasi fasilitas baru akan melibatkan beberapa langkah. 

a. Mengenali faktor lokasi penting dan mengkategorikannya sebagai dominan atau sekunder.
b. Perhatikan wilayah alternatifnya; kemudian, sempitkan pilihannya kepada komunitas alternatif dan terakhir menspesifikasikan tempat.
c. Mengumpulkan data tentang alternatif dari konsultan lokasi, agen pembangunan negara bagian, dan departemen perencanaan kota dan developer lahan, perusahaan daya listrik, bank, dan kunjungan on-site. Data pemerintah memberikan sebuah pedoman statistik. 
d. Menganalisa data yang terkumpul, dimulai dengan faktor kuantitatif – faktor yang dapat diukur dalam satuan uang, seperti biaya atau pajak transportasi tahunan. Nilai satuan uang ini dibagi menjadi beberapa kategori biaya terpisah (seperti transportasi inbound dan outbound, pekerja, konstruksi, dan utilitas).
e. Menggunakan faktor kualitatif yang terkait setiap tempat ke dalam evaluasi. Sebuah faktor kualitatif adalah faktor yang tidak dapat dievaluasi dalam nilai dolar, seperti sikap komunitas atau kualitas hidup. Untuk memadukan faktor kuantitatif dan kualitatif, beberapa manajer mereview kinerja dari setiap faktor, sedangkan manajer lainnya memberikan bobot kepentingan relatif pada setiap faktor dan menghitung skor bobot dari setiap site, dengan menggunakan sebuah matrik preferensi. Site dengan skor bobot tertinggi adalah yang terbaik. 

3. Menggunakan metode jarak - muatan

Metode jarak-muatan adalah sebuah model matematika yang digunakan untuk mengevaluasi lokasi berdasarkan faktor kedekatan. Tujuannya adalah memilih sebuah lokasi yang mengurangi muatan bobot total yang masuk ke dan keluar dari fasilitas. Jarak antara dua point tersebut ditunjukkan dengan menempatkan point ke koordinat grid dalam sebuah peta. Sebuah pendekatan alternatif di sini adalah penggunaan waktu daripada jarak.

a. Menghitung skor jarak-muatan. Metode jarak-muatan adalah sebuah model matematika yang digunakan untuk mengevaluasi lokasi berdasarkan faktor kedekatan. Untuk menghitung jarak-muatan di berbagai lokasi spesial, digunakan ukuran jarak Euclide atau rektilinier dan hanya mengalikan muatan yang mengalir ke dan dari fasilitas dengan jarak tempuhnya. 

Formula untuk skor ld adalah : ld   =lidi

Tujuannya adalah menemukan satu lokasi fasilitas yang dapat diterima yang bisa mengurangi skor, dimana lokasi tersebut didefinisikan oleh koordinat x dan koordinat y. Pertimbangan praktikal ini mendorong manajer bisa memilih lokasi yang tepat dengan skor yang terendah mungkin. 
b. Pusat gravitasi. Sebuah awal yang baik dalam mengevaluasi lokasi adalah dengan model jarak-muatan; koordinat-x (x*) dari pusat gravitasi bisa ditentukan dengan mengalikan koordinat-x (xi) setiap point dengan muatannya (li), menjumlahkan hasilnya, dan kemudian membaginya dengan jumlah muatan. 

Formulanya adalah :x* =     dan y* =


Lokasi ini biasanya bukanlah yang optimal untuk ukuran jarak Euclide atau rektilinier, tapi ini masih menjadi sebuah point starting yang sempurna.

4. Menggunakan analisa titik impas  

Analisis titik impas dapat membantu seorang manajer membandingkan alternatif lokasi berdasar faktor kuantitatif yang dapat ditentukan dalam ukuran biaya total. Ini bisa berguna ketika manajer ingin mendefinisikan rentangan dari setiap alternatif yang terbaik. Langkah dasar untuk solusi grafik dan aljabar adalah seperti berikut:

a. Menentukan biaya variabel dan biaya tetap untuk setiap tempat. Perhatikan bahwa biaya variabel adalah porsi biaya total yang beragam secara langsung dengan volume output. Perlu diingat bahwa biaya tetap adalah porsi biaya total yang tetap konstan apapun level outputnya. 
b. Tentukan garis biaya totalnya – jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap – untuk semua site pada sebuah grafik tunggal.
c. Tentukan range yang dari situ setiap lokasi memiliki biaya paling rendah.
d. Secara aljabar, pecahkan point break-even pada range relevan. 

E. Menempatkan Sebuah Fasilitas dalam Sebuah Jaringan Fasilitas

Ketika sebuah perusahaan dengan sebuah jaringan fasilitas merencanakan sebuah fasilitas baru, salah satu dari dua kondisi berikut muncul: Apakah fasilitas beroperasi secara independen (seperti rantai restoran, klinik kesehatan, bank, atau usaha eceran) atau fasilitasnya berinteraksi (seperti pabrik manufaktur komponen, pabrik perakitan, dan gudang). Unit operasi independen dapat ditempatkan dengan memperlakukannya sebagai sebuah fasilitas tunggal terpisah, seperti yang digambarkan dalam section sebelumnya. Menempatkan fasilitas yang berinteraksi akan memicu masalah baru, seperti bagaimana mengalokasikan pekerjaan antara fasilitas dan bagaimana menentukan kapasitas terbaik untuk setiap fasilitas. Merubah alokasi kerja selanjutnya bisa mempengaruhi ukuran (atau penggunaan kapasitas) dari fasilitas. Karena itu, masalah lokasi fasilitas-ganda memiliki tiga dimensi – lokasi, alokasi, dan kapasitas – yang harus dipecahkan secara simultan. Di banyak kasus, analis dapat mengenali sebuah solusi dengan mencari pola dalam data biaya, kebutuhan, dan kapasitas dan menggunakan perhitungan trial-and-error. Dalam kasus lain, diperlukan pendekatan yang lebih formal.

1. Metode Transportasi

Metode transportasi adalah sebuah pendekatan kuantitatif yang dapat memecahkan masalah lokasi fasilitas ganda. Kita menggunakannya untuk menentukan pola alokasi yang mengurangi biaya pengiriman produk dari dua atau beberapa pabrik, atau sumber suplai, ke dua atau lebih gudang, atau tujuan.

Metode transportasi tidak memecahkan semua fase masalah lokasi fasilitas ganda. Ini hanya menemukan pola pengiriman terbaik antara pabrik dan gudang untuk sejumlah lokasi pabrik, yang masing-masing memiliki sebuah kapasitas. Analis harus mencoba beragam kombinasi kapasitas-lokasi dan menggunakan metode transportasi untuk menemukan distribusi optimal dari setiap kombinasi. Biaya distribusi (biaya pengiriman variabel dan biaya produksi variabel) adalah satu input penting dalam mengevaluasi kombinasi alokasi-lokasi tertentu. Biaya investasi dan biaya tetap lainnya juga perlu dipertimbangkan, bersama dengan beragam faktor kualitatif. Langkah-langkahnya adalah :
a. Menentukan tableau awal 
b. Pabrik atau gudang dummy
c. Menemukan sebuah solusi 

2. Metode analisis lokasi yang lain

Banyak masalah analisis lokasi bisa terkesan lebih kompleks daripada yang didiskusikan sejauh ini. Kompleksitas tersebut membutuhkan penggunaan sebuah komputer untuk sebuah evaluasi komprehensif. Ada tiga tipe dasar dari model komputer berikut: (1) heuristik, (2) simulasi, dan (3) optimisasi.

a. Heuristik. Pedoman solusi, atau aturan pokok, untuk menemukan solusi terbaik dari masalah disebut sebagai heuristik. Keuntungannya meliputi efisiensi dan sebuah kemampuan untuk mengolah pandangan umum tentang sebuah masalah. Prosedur pencarian sistematis yang menggunakan pusat gravitasi dari area target, yang digambarkan sebelumnya untuk masalah lokasi fasilitas-tunggal, adalah sebuah prosedur heuristik tipikal. 
b. Simulasi. Sebuah teknik model yang mereproduksi perilaku sebuah sistem disebut sebagai simulasi. Simulasi memudahkan manipulasi variabel tertentu dan memperlihatkan efek terhadap karakteristik operasi tertentu. Model simulasi memudahkan analis untuk mengevaluasi alternatif lokasi berbeda dengan trial-and-error. Analis perlu mengemukan sejumlah alternatif. Simulasi menggunakan pandangan lebih realistis tentang masalah dan melibatkan analis dalam proses solusi itu sendiri. 
c. Optimisasi. Berbeda dengan heuristik dan simulasi, optimisasi melibatkan sejumlah prosedur untuk menentukan solusi terbaik. Meskipun pendekatan ini terkesan disukai, ini memiliki batasan: Prosedur optimisasi umumnya menggunakan pandangan sebuah masalah yang sederhana dan kurang realistik. Meski begitu, payoff-nya bisa dikatakan substansial. 

F. Mengatur Lokasi secara Keseluruhan dalam Organisasi

Keputusan lokasi mempengaruhi proses dan departemen di seluruh organisasi. Ketika menempatkan fasilitas retail baru, marketing harus menilai bagaimana lokasi bisa menonjol di mata konsumen dan kemungkinan membuka pasar baru. Merelokasi keseluruhan atau sebagian sebuah organisasi dapat secara signifikan mempengaruhi atribut tenaga kerja dan kemampuan untuk beroperasi secara efisien antar lini departemen. Menempatkan fasilitas baru atau merelokasi fasilitas yang ada dapat melibatkan kebutuhan investasi signifikan, yang harus secara cermat dievaluasi oleh departemen akuntansi dan keuangan organisasi. Sumberdaya manusia harus dicocokkan dengan kebutuhan penerimaan dan training. Terakhir, operasi juga memiliki andil penting dalam keputusan lokasi. Pilihan dapat secara signifikan mempengaruhi efektivitas rantai-nilai, produktivitas tenaga kerja dan kemampuan memberikan jasa kualitas dan produk. 

G. Kesimpulan 

1. Globalisasi operasi mempengaruhi industri jasa dan manufaktur. Semakin banyak fasilitas yang ditempatkan di negara lain, dan penjualan offshore (dan impor) bisa meningkat. Empat faktor yang memperkuat globalisasi adalah teknologi transportasi dan komunikasi yang meningkat, sistem finansial yang terbuka, meningkatnya kebutuhan akan impor, dan kuota impor yang lebih rendah dan batasan dagang lainnya. Yang mengimbangi keuntungan operasi global adalah perbedaan dalam bahasa, regulasi, dan budaya yang menciptakan masalah manajemen baru.

2. Keputusan lokasi didasarkan pada banyak faktor. Untuk beberapa situasi, beberapa faktor tidak diperhatikan secara keseluruhan; lainnya dibagi menjadi faktor dominan dan sekunder.

3. Iklim kerja yang mendukung; kedekatan dengan pasar; kualitas hidup; kedekatan kepada suplaier dan sumberdaya; kedekatan dengan fasilitas perusahaan lain; dan biaya utilitas, pajak, dan real estate adalah faktor penting dalam sebagian besar keputusan lokasi pabrik manufaktur. Kedekatan dengan pasar, klien, atau konsumen biasanya adalah faktor paling penting dalam keputusan lokasi industri jasa. Persaingan adalah sebuah faktor rumit dalam mengestimasi potensi jual dari sebuah lokasi. Adanya fasilitas pesaing di dekat kita, ini bisa menjadi sebuah aset atau liabilitas, yang ditentukan dari tipe bisnisnya.

4. Satu cara untuk mengevaluasi faktor kualitatif adalah menghitung skor bobot untuk setiap lokasi alternatif dengan menggunakan pendekatan matrik preferensi.

5. Metode jarak-muatan menghasilkan pertimbangan tentang kedekatan (terhadap pasar, pemasok, sumberdaya, dan fasilitas perusahaan lain) selama tahap awal dari analisis lokasi. Dengan melakukan pencarian sebuah area secara sistematik, seorang analis bisa mengetahui lokasi yang menghasilkan skor ld lebih rendah. Pusat gravitasi dari sebuah area adalah sebuah point starting baik untuk melakukan pencarian. Analisis titik impas dapat membantu membandingkan alternatif lokasi ketika faktor lokasi dapat ditentukan dalam ukuran biaya variabel dan biaya tetap.

6. Masalah fasilitas ganda memiliki tiga dimensi: lokasi, alokasi, dan kapasitas. Metode transportasi adalah sebuah alat dasar untuk menemukan sebuah pola alokasi terbaik untuk sebuah kombinasi tertentu dari pilihan kapasitas-lokasi. Biaya transportasi dihitung pada setiap kombinasi kapasitas-lokasi yang dipertimbangkan. Kriteria tunggal dari metode transportasi untuk menentukan pola pengiriman terbaik adalah biaya transportasi minimum. Untuk menyelesaikan studi lokasi, analisis harus diperluas untuk memperhatikan sejumlah faktor lokasi.

7. Analisis lokasi dapat menjadi kompleks bagi beberapa fasilitas ganda. Beragam model heuristik, simulasi, dan optimisasi telah dikembangkan pada empat dekade terakhir untuk membantu analis dalam memecahkan kompleksitasnya. 

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM WIRAUSAHA

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM WIRAUSAHA

1. Definisi Kepemimpinan. 

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang kepemimpinan sebagai berikut : 
1). Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.  
2). Wexley & Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. 
3). George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. 

Dari ketiga definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh para ahli tentang arti kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. 

Sedangkan dalam istilah umum, leadership (kepemimpinan) merupakan sebuah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan anggota kelompok. Adakalanya kepemimpinan seseorang sangat menonjol atau berkembang pada periode tertentu, sedangkan pada periode lain telah mundur. 

Pada dasarnya keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan / wirausaha terletak pada dinamika dan efektivitas kepemimpinan serta peran seorang pemimpin dalam wirausaha. Pemimpin perusahaan merupakan unsur pokok dan sumber yang langka di dalam setiap perusahaan. 

Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, pemimpin yang dapat menguasai dan mengembangkan diri sendiri, dan juga mampu menguasai serta mengarahkan dan mengembangkan para karyawannya, baik yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan berkesinambungan, efesiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin. Para wirausahawan adalah individu-individu yang mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri. Sebaliknya, menurut Alma (2005), pada umumnya kegagalan sebuah usaha / perusahaan disebabkan oleh kepemimpinan yang tidak efektif, mereka tidak mampu memimpin karyawan, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau tidak bisa menguasai dan mengendalikan diri sendiri.

Menurut Imam (2002) dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Keorganisasian, ada beberapa peran dalam kepemimpinan, yaitu:
a.  Mempengaruhi orang lain (karyawan/kelompok). 
b. Mengarahkan, memotivasi dan mengkoordinir tingkah laku orang lain (karyawan) atau   kelompok. 
c. Melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (konsep relasi/relation consept).
d.  Sebagai penggugah semangat dan memberi inspirasi karyawan. 

2. Fungsi Kepemimpinan dan Pimpinan

Fungsi-fungsi kepemimpinan adalah :
a. Perencana, pemimpin hendaknya mampu menyusun rencana yang baik sehingga tindakannya terarah menuju kepada tujuan tersebut. Seorang pemimpin yang melaksanakan fungsi ini dengan baik akan memiliki garis kebijaksanaan yang memudahkan bekerja secara teratur.
b. Pemikir, seorang pemimpin harus tampil sebagai seorang pemikir dengan daya karyanya dapat menggambarkan suatu gagasan yang praktis, mudah diterima dan dilaksanakan oleh 

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan fungsi utama seorang pemimpin adalah :
a. Fungsi pemecah masalah. Fungsi ini berhubungan dengan tugas seorang pemimpin dengan pekerjaannya yang mencakup memberikan jalan keluar dari suatu masalah, memberikan pendapat dan informasi.
b. Fungsi sosial, berhubungan dengan kehidupan kelompoknya yang mencakup dorongan kepada anggota atau kelompok untuk mencapai tujuan dan menjaga suasana kelompok.

3. Perilaku Kepemimpinan

Menurut Stoner, perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama, yaitu :
a. Orientasi Tugas
Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran. Seseorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun stafnya
Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai dan memberitahukan orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan, membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
Berminat mencapai peningkatan produktivitas.
Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para karyawan lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin organisasi secara jelas.

b. Orientasi Orang-Orang
Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi. Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukkan pola-pola berikut ini :
Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan yang ada.
Menunjukkan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan hanya sebagai alat produksi.
Menunjukkan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebuthan, tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
Mendirikan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf.
Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan. 

Pemimpin yang orientasi-orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan persaingan daripada kerja sama, serta tidak mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab. Efektivitas perilaku kepemimpinan menurut hasil studi Tannenbaum dan Schmidt yang dikutip Kadarman (1996), dipengaruhi oleh :
a. Pemimpin itu sendiri, meliputi kepribadian, pengalaman, masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.
b. Ciri atasan, gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi kepemimpinan manajer.
c. Ciri bawahan, respon yang diberikan oleh bawahan manajer akan menentukan efektifitas kepemimpinan manajer.
d. Persyaratan tugas, tuntutan tanggung jawab pekerjaan bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan manajer.
e. Iklim organisasi dan kebijakan, akan mempengaruhi harapan dan perilaku anggota kelompok serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.
f. Perilaku dan harapan rekan. Rekan kerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.

4. Pendekatan Utama Kepemimpinan

Alma, 2005 menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan terdapat dua pendekatan utama, yaitu

1. Pendekatan sifat-sifat (traits approach)
Dalam membedakan pemimpin dan bukan pemimpin dapat dilihat dengan mengidentifikasi sifat-sifat kepribadiannya. Pendekatan psikologis ini untuk sebagian besar didasarkan atas pengakuan umum bahwa perilaku individu untuk sebagian ditentukan oleh struktur kepribadian (Oteng Sutisna, 1982:241 dalam Alma, 2005)

Pendekatan sifat-sifat menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat tertentu pada pemimpin antara lain : memiliki kekuatan fisik dan keramahan. Seorang pemimpin memiliki tingkat intelejensi yang tinggi. Hanya dalam mengungkapkan sifat-sifat ini seringkali muncul pertentangan sifat seperti dinyatakan seorang pemimpin harus ramah tapi tegas, suka merenung tapi aktif, orangnya harus stabil emosional tapi fleksibel, berkeras hati tapi kooperatif. Ada sifat kepribadian yang dapat dipandang berhubungan positif dengan perilaku pemimpin dan mempunyai korelasi tinggi ialah : popularitas, keaslian, adaptabilitas, ambisi, ketekunan, status social, status ekonomi, mampu berkomunikasi. 

Selanjutnya ada pula sifat-sifat yang berkaitan positif dengan perilaku pemimpin tapi berkorelasi tidak terlalu tinggi seperti tanggungjawab, integritas, percaya diri, mobilitas, ketrampilan sosial, sifat-sifat fisik, kelancaran bicara.  

Andy Undap, 1983:29 menjelaskan bahwa meskipun dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para pemimpin, yaitu :
1. Pendidikan umum yang luas, seorang yang berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
2. Kematangan mental, seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya.
3. Sifat ingin tahu, sifat ini mendorong seorang pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif.
4. Kemampuan analitis. Seorang pemimpin harus mampu menganalisa gejala-gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat mengambil keputusan yang positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya.
5. Memiliki daya ingat yang kuat. Seorang wirausaha akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat perilaku sehingga diperlukan kemampuannya untuk mengingat. Kemampuan mengingat ini akan sangat membantu proses kepemimpinannya.
6. Integratif. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia terombang-ambing. Juga harus memiliki sifat integrative dalam rumah tangganya. Seorang wirausaha harus memiliki rumah tangga yang stabil, hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota keluarga terutama isteri dan anak-anaknya. Jangan mencampur adukan urusan rumah tangga dengan urusan bisnis.
7. Keterampilan berkomunikasi. Hal ini sangat diperlukan oleh seorang wirausaha  berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya.
8. Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Kadang-kadang juga ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, seperti urusan kesehatan, rumah tangga dan sebagainya.
9. Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional.
10. Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Keputusan jangan bersifat teoritis sehingga sulit pelaksanaannya.
11. Ada naluri prioritas. Berhubung terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu. Sehingga demikian semua pekerjaan dan proyek akan dapat berjalan secara bertahap.
12. Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien. Dalam segala langkah yang dilakukan seorang wirausaha harus menjaga waktu secara ketat misalnya dalam melakukan rapat kerja, saat membeli bahan baku, memulai produksi, mengangkut produksi ke agen-agen, saat pemasaran yang tepat dan sebagainya.
13. Kesederhanaan. Seorang wirausaha harus mampu menampilkan kesederhanaan dan bekerja dengan penuh efisiensi.
14. Sifat keberanian. Walaupun seorang pemimpin mempunyai banyak karyawan, akan tetapi hanya beberapa karyawan saja yang dapat diajak bicara. Oleh sebab itu, pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dengan mengajak beberapa orang karyawan inti.
15. Kemauan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya. Segala informasi ini merupakan barang berharga untuk seorang wirausaha untuk mengambil keputusan.

2. Pendekatan Behavioral (behavioral approach)
Menurut Alma, 2005 pendekatan behavioral melihat pola tingkah laku dari seorang pemimpin untuk mempengaruhi karyawannya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas atau pada hubungan antar karyawan. Rensis Likert mengembangkan teori kepemimpinan pada dua dimensi yaitu orientasi tugas dan orientasi bawahan, yang dijabarkan menjadi empat tingkat model efektivitas kepemimpinan. 

Menurut Likert teori kepemimpinan terdiri atas empat sistem, yaitu
1. Exploitavive authoritative
Sistem ini mempunyai cirri tidak ada kepercayaan kepada bawahan. Dengan demikian, pemimpin selalu menggunakan ancaman dan hukuman kepada karyawan. 
2. Benevolent authoritative
Sistem kedua mempunyai ciri adanya sedikit kepercayaan pada bawahan tetapi hubungan seperti seorang tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan ancaman dan hukuman dalam pelaksanaan tugas. Komunikasi sifatnya sedikit terbuka tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan.
3. Consultative
Sistem ketiga prinsipnya berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak penuh. Proses pengambilan keputusan untuk hal yang penting tetap berada ditangan pemimpin, tetapi kepercayaan sudah merupakan dasar komunikasi.
4. Partisipative
Sistem keempat merupakan system yang ideal dimana terdapat kepercayaan penuh dari atasan. Percaya diri dan kreativitas karyawan merupakan unsur penting. Komunikasi sangat terbuka hubungan antar karyawan lancer dan suasanan perusahaan segar dan sehat. 

Kepemimpinan yang berhasil agak berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin, pengikut, dan situasi kepemimpinan yang dirumuskan dengan SL = f(L,F,S). Dimana SL adalah kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi dari, dan L, S, dan F adalah pemimpin, pengikut dan situasi. Artinya pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya jika usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil (akses www.e-learning.gunadarma. ac. id).

Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.

5. Sebab Munculnya Pemimpin
Menurut Kartini Kartono, 1983:29 dalam Alma, 2005 terdapat tiga teori yang menjelaskan bagaimana munculnya pemimpin :
1. Teori Genetis
Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan tidak dapat dibuat. Dia memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Teori ini menganut pandangan deterministis artinya pandangan yang sudah ditentukan sejak dulu.
2. Teori Sosial
Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak dilahirkan akan tetapi seorang calon pemimpin dapat disiapkan dididik dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin yang hebat dikemudian hari. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui pendidikan dan dorongan berbagai pihak.
3. Teori Ekologis atau Sintetis
  Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia memang memiliki bakat-bakat pemimpin. Kemudian bakat ini dikembangkan melalui pendidikan dorongan dan pengalaman yang akan membentuk pribadi sebagai seorang pemimpin.

6. Sifat Pemimpin
Ordway Tead dalam Alma, 2005 mengemukakan 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut :
1. Energi Jasmaniah dan Mental
Seorang pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa seperti tidak pernah habis. Demikian pula semangat, juga motivasi kerja, disiplin, kesabaran, daya tahan batin, kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah
Pemimpin memiliki keyakinan teguh akan kebenaran dan kegunaan dalam mencapai tujuan yang terarah.
3. Antusiasme
Pemimpin yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan sukses dan membangkitkan semnagat optimisme dalam bekerja.
4. Keramahan dan Kecintaan
Sifat ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kasih sayang, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk mencapai kesuksesan perusahaan.
5. Integritas
Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib sepenanggungan dengan para karyawannya dalam menjalankan perusahaan. Integritas pribadi dan rumah tangga pemimpin merupakan teladan yang dpat dicontoh oleh karyawannya.
6. Penguasaan Teknis
Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai sesuatu pengetahuan atau keterampilan teknis.
7. Ketegasan Dalam Mengambil Keputusan (decisiveness)
Pemimpin harus memiliki kecerdasan dalam mengambil keputusan sehingga dia mampu meyakinkan bawahan, dan mendukung kebijakan yang telah diambil dalam pelaksanaannya.
8. Kecerdasan
Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara yang efektif.
9. Keterampilan Mengajar (teaching skill)
Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara yang efektif.
10. Kepercayaan (faith)
Jika seorang pemimpin disenangi oleh bawahan maka akan muncul kepercayaan dari bawahan terhadap pemimpin. Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua perintah, disiplin dalam bekerja untuk menjalankan roda perusahaan. 

7. Tipe Pemimpin
Beberapa tipe kepemimpinan yang dikenal adalah sebagai berikut :
1. Tipe Kharismatis
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan diikuti oleh para pengikutnya. Pemimpin ini mempunyai keistimewaan tertentu misalnya mempunyai kekuatan gaib, manusia super, berani dan sebaginya.
2. Tipe Paternalistis dan Maternalistis
Pemimpin paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.
3. Tipe Militeristis
Pemimpin militeristis banyak menggunakan sistem perintah, sistem komando, dari atasan ke bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu patuh, penuh acara formalitas.
4. Tipe Otokratis
Pemimpin otokratis adalah pemimpin berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi raja. Setiap perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut.
5. Tipe Laissez Faire
Pemimpin tipe laissez faire membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri semua pekerjaan dan tanggungjawab dilakukan oleh bawahan. Pemimpinnya hanya merupakan simbol yang tidak memiliki keterampilan. Jabatan pemimpin diperoleh dengan jalan yang tidak benar mungkin melalui sistem nepotisme. Pemimpin ini tidak berwibawa, tidak mampu mengawasi karyawan, tidak mampu mengkoordinasi, suasana kerja tidak kooperatif.
6. Tipe Populistis
Pemimpin tipe populistis mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilai-nilai masyarakat tradisional.
7. Tipe Administratif
Pemimpin tipe administratif merupakan pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Dengan kepemimpinan administratif diharapkan muncul perkembangan teknis, manajemen modern, dan perkembangan sosial.
8. Tipe Demokratis
Tipe kepimimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa tanggungjawab dan kerjasama yang baik antar karyawan. Kekuatan organisasi tipe demokratis terletak pada partisipasi aktif dari setiap karyawan.

8. Ketrampilan Kepemimpinan (Leadership Skills)
Terdapat tiga keterampilan kepemimpinan, yaitu
1. Technical skills
Technical skills berarti suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Walaupun seorang wirausaha merupakan pemimpin yang dapat menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu pekerjaan namun dia harus mampu melaksanakan sendiri pekerjaan-pekerjaan tertentu. Maksudnya adalah agar dapat melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya.
2. Human skills
Human skills berarti kemampuan untuk bekerja sama dan membangun tim kerja bersama orang-orang lain.
3. Conceptual skills
Conceptual skills atau ketrampilan konsep berarti seorang wirausaha harus mampu berpikir dan mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk model kerangka kerja dan konsep-konsep lain dalam memudahkan pekerjaan. 

9. Penentuan Prosedur Pembuatan Keputusan Sebagai Pemimpin
Tiga faktor utama yang mempengaruhi penentuan wirausahawan tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk membuat keputusan adalah :
a. Kekuatan Dalam Diri Wirausahawan
Wirausahawan seharusnya mengetahui empat kekuatan dalam diri mereka yang akan mempengaruhi ketetapan hati tentang bagaimana membuat keputusan sebagai pemimpin, antara lain :
Nilai-nilai wirausahawan, seperti arti penting efisiensi organisasional bagi wirausahawan, pertumbuhan pribadi/bawahan, dan laba perusahaan.
Tingkat kepercayaan wirausahawan pada bawahan
Kekuatan pemimpin dari wirausahawan itu sendiri
Toleransi terhadap kemenduaan / ambiguity
b. Kekuatan Pada Bawahan
Wirausahawan hendaknya mengetahui kekuatan-kekuatan bawahan yang mempengaruhi pembuatan keputusan. Harus diingat, bahwa tiap bawahan ada yang sama ataupun berbeda. Suatu pendekatan untuk memutuskan bagaimana memimpin semua bawahan adalah tidak mungkin. Akan tetapi, wirausahawan mungkin bisa meningkatkan keberhasilannya sebagai seorang pemimpin dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada bawahan dalam pembuatan keputusan, seperti apa yang disarankan berikut ini :
Jika bawahan mempunyai kebutuhan saling ketergantungan yang relatif tinggi (orang-orang berbeda pada tujuan yang mereka inginkan)
Jika bawahan mempunyai kesiapan untuk menerima tanggung jawab dalam pembuatan keputusan (beberapa melihat tanggung jawab tambahan sebagai penghargaan untuk kemampuan mereka; yang lainnya melihat sebagai “pengalihan beban”)
Jika bawahan mempunyai toleransi yang relatif tinggi terhadap kemenduan (beberapa karyawan memilih untuk mendapatkan penghargaan yang langsung dan jelas; yang lainnya memilih bidang kebebasan yang lebih luas)
Jika bawahan tertarik pada masalah dan merasa masalah itu penting
Jika mereka mengerti dan mengidentifikasi dengan tujuan-tujuan dari organisasi
Jika mereka mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk berhubungan dengan masalah.
Jika mereka telah belajar untuk berbagi dalam pembuatan keputusan
Jika semua karakteristik bawahan tidak ada dalam situasi tertentu, seorang wirausahawan mungkin harus bergerak pada corak pendekatan yang lebih otokratis atau pendekatan yang dipusatkan pada atasan dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan Pada Situasi /Keadaan
Kekuatan situasi kepemimpinan dapat diuraikan sebagai berikut :
Faktor organisasional, seperti ukuran kelompok kerja dan distribusi geografisnya
Faktor efektifitas anggota-anggota kelompok bekerja bersama
Faktor masalah yang harus diselesaikan
Fasktor waktu yang tersedia dalam membuat suatu keputusan

10. Situasi Kepemimpinan Pada Umumnya
Seorang pemimpin menunjukkan perilaku utama ketika mereka menyelesaikan tugas kewajiban mereka, yaitu :
a. Perilaku struktur, suatu aktivitas kepemimpinan yang menggambarkan hubungan antara pemimpin dan pengikut dari pemimpin tersebut atau menetapkan prosedur yang terdefinisi baik yang harus dipatuhi oleh pengikut dalam melakukan tugas-tugas mereka.
b. Perilaku keseimbangan, perilaku kepemimpinan yang mencerminkan persahabatan, saling percaya, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan diantara pemimpin dengan bawahan

11. Teori Daur Hidup Kepemimpinan
Teori daur hidup kepemimpinan adalah dasar pikiran yang mengaitkan corak kepemimpinan dengan berbagai situasi untuk menjamin kepemimpinan yang efektif. Teori daur hidup didasarkan pada hubungan anatara kedewasan pengikut, perilaku tugas dari pemimpin dan perilaku hubungan pemimpin. Kedewasaan didefinisikan sebagai kemampuan dari pengikut untuk menakukan pekerjaan mereka secara independen, untuk menerima tanggung jawab tambahan, dan keinginan untuk mencapai keberhasilan.

Teori daur hidup ini menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan efektif hendaknya bergerak dari :
Perilaku tugas yang tinggi ke perilaku hubungan yang rendah
Perilaku hubungan yang tinggi ke perilaku tugas yang tinggi
Perilaku hubungan yang tinggi ke perilaku tugas yang rendah
Perilaku tugas yang rendah ke perilaku hubungan yang rendah, ketika tingkat kedewasaan pengikut berubah dari tidak dewasa menuju dewasa.

Terdapat beberapa pengecualian pada filsafat umum dari teori daur hidup. Contoh, jika terdapat batas waktu akhir yang harus dipenuhi singkat, seorang pemimpin mungkin perlu mempercepat produksi melalui corak tugas yang tinggi-hubungan yang rendah dan bukannya corak tugas rendah-hubungan yang rendah bahkan walaupun pengikut dari pemimpin mungkin mempunyai tingkat kedewasaan yang tinggi, akan tetapi suatu corak tugas yang tinggi-hubungan yang rendah dalam jangka panjang akan menghasilkan hubungan kerja yang buruk diantara pemimpin dan pengikut.

Oleh karena itu, teori daur hidup didasarkan pula pada konsep bahwa pemimpin yang berhasil harus merubah corak kepemimpinannya ketika mereka menemui situasi yang berbeda atau lebih disebut fleksibilitas kepemimpinan. Wirausahawan dalam suatu organisasi dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika mereka ditempatkan pada situasi yang sesuai dengan corak kepemimpinan mereka. Hal ini diasumsikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai kemampuan untuk menilai karakteristik dari pemimpin organisasi dan variabel organisasional lainnya dan kemudian menyesuaikan diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Alma,Buchari , 2005. Kewirausahaan Edisi Revisi.Penerbit Alfabeta. Bandung.
Imam Mujiono, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian. UII Press. Yogyakarta.
Stones, James. 2005. Manajemen. PT Preballindo. Jakarta
www.e-learning.gunadarma.ac.id

PUSAT PRODUKSI KERING TEMPE TERI BERGIZI DAN BERPROTEIN BEST SELLER